Hi all,
Ini video teaser saya untuk Win Way award ASN Kementerian Pariwisata.Ā Juga kolaborasi pertama saya dengan suami. Dia yang foto, saya yang edit. Yang penting usaha dulu kan? Menang kalah itu urusan belakangan. Thank you for watching š
Hi all,
Ini video teaser saya untuk Win Way award ASN Kementerian Pariwisata.Ā Juga kolaborasi pertama saya dengan suami. Dia yang foto, saya yang edit. Yang penting usaha dulu kan? Menang kalah itu urusan belakangan. Thank you for watching š
Dalam beberapa pertemuan di kelas semester ini, pengembangan teori blue-dan red ocean membawa saya dengan terminologi inovasi disruptif (disruptive innovation). Memang penekanan red-blue ocean ada di pengembangan pasar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi -lah yang membuat pasar berubah-begitu pula sebalikanya. Pasar bergerak mengikuti inovasi.
Special Interest Tourism atau dalam bahaasa Indonesia umum diukenal sebagai pariwisata minat khusus merupakan jenis pariwisata dimana wisatawan melaksanakan perjalanan untuk belajar dan berupaya mendapat pengalaman tentang sesuatu hal di daerah yang dikunjungi.
Tipologi dari wisata jenis ini tidak biasa, anti mainstream atau bahkan aneh. Wisata minat khusus sangat berhubungan dengan hobi seseorang, komunitas atau didasari rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Sesuai dengan namanya, orang-orang yang melakukan wisata minat khusus biasanya berkeinginan untuk mewujudkan minat dan ketertarikannya terhadap suatu objek atau hal yang lain. Oleh karena itu, umumnya wisata ini hanya diikuti oleh satu, dua atau sekelompok kecil pelancong.
Wisata minat khusus biasanya membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dari wisata yang biasa saja. Membutuhkan biaya yang mahal karena harus mengunjungi suatu negara yang jauh atau daerah terpencil dan tidak membutuhkan banyak biaya karena hanya menyusuri hutan seperti berburu atau memancing.
Ada beberapa prinsip yang mendasari wisata minat khusus diantaranya;
Selain prinsip bentuk-bentuk wisata minat khusus didasari bebrapa tujuan;
Nah, perkembangan pariwisata minat khusus juga sejalan dengan perkembangan gaya hidup manusia sehingga muncul istilah-istilah baru seperti culinary tourism, halal tourism, dark tourism, tolkien tourism (mengunjungi lokasi film Lord of The Rings), drug tourism, getto tourism dan masih banyak lagi. Beberapa website sepertiĀ www.travelbyinterest.comĀ secara khusus memberikan paket-paket menarik yang secara ekslusif ditujukan kepada gay travellers, food lovers, luxury travelers dan wisatawan yang memang khusus ingin mencari relaksasi & rejuvenation melalui wellness tourism, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
Selain itu adanya semakin tingginya jumlah Millenials yang bepergian membuat website sepertiĀ www.citizenM.com membuat komonitasnya sendiri dimana bagi mereka yang tertarik untuk bergabung log-in sebagai seorangĀ “citizen”.Ā Konsep dari citizen M tidak hanya menjual kamar namum memberikan kesempatan millenials untuk bergabung dalam komunitas tertentu melalui meeting room dengan konsep sharing.Ā Work station, wifi yang super kencang, 24 hours food & beverage serta harga yang sangat terjangkau menjadikan citizen M menjadi begitu populer di kalangan millenials traveller yang ingin melakukan perjalanan sekaligus mendapatkan peluang-2 bisnis baru.
Saat ini di Asia baru Taipe yang bergabung di CitizenM, namun tentu tidak menutup kemungkinan saat ceruk pasar ini mulaiĀ accesibleĀ maka hotel-hotel di Indonesia Singapore dan Malaysia pasti akan mengambil pasar ini.
What do you think will be the next trend?
Setelah Ista lahir 29 Januari lalu, akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk posting (maklum sibuk ngurus bayi dan kegiatan mamak2 lainnya, hahaha :D). Nah kali ini saya akan coba membahas VR ( Virtual Reality ) yang semester lalu menjadi top request mahasiswa saya di kelas marketing. VR saat ini sedang booming dan mungkin beberapa tahun lagi akan menjadi tren untuk digital marketing.
VR atau Virtual Reality, dalam bahasa indonesia seringkali disebut Realitas Maya adalah sebuah teknologi yang membuat pengguna untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya melalui perangkat VR. Saat kita mempergunakan perangkat tersebut (misalnya VR glasses), kita merasa berada di dalam lingkungan tersebut.
VR kemudian menjadi sangat populer dengan perkembangan platform games dan film-film yang khusus diproduksi untuk mengajak penonton seara langsung berada di dunia maya tersebut. Contoh dari VR banyak sekali, seperti Game, misal Game COC (Clash of Clans ). Melalui VR kita akan merasa bahwa anda sendiri yang menjadi karakternya. Jika biasanya menggunakan layar, dengan VR, kita bisa langsung menikmati game langsung didepan mata kita sendiri, singkatnya seperti masuk kedalam game. Contoh yang lain yaitu photoshpere, yaitu foto 360 derajat dimana kita akan merasa seolah-olah berada langsung di tempat dimana foto tersebut diambil. Mirip seperti google street view tapi seperi kita ada disana secara langsung.
Yang juga tidak kalah populernya adalah dalam industri perfilman dimana pemakai VR misalnya dapat dengan langsung menikmati film Conjuring sebagai salah satu karakter. Tentu saja siap-siap jantung copot setelah tiba-tiba ada āMbak Valakā yang muncul tepat dihadapan kita š
Nah, sistem kerja dari VR sebenarnya tidak dapat lepas dari beberapa elemen penting, seperti virtual world (sebuah konten yang menciptakan dunia virtual dalam bentuk screenplay) dan script Immersion (yang berfungsi untuk memberikan sebuah sensasi yang membawa pengguna teknologi VR merasakan ada di sebuah lingkungan nyata yang padahal fiktif).
Secara teoritis immersion dibagi dalam 3 jenis, yakni:
Tentu saja dengan perkembangan teknologi digital, perangkat-perangkat virtual ini menjadi semakin mudah diakses. Beberapa produk juga telah menggabungkan antara pengalaman melihat (VR glasses), mendengar (headphone) dan merasakan (VR gloves) untuk meningkatkan realitas imajiner dalam game dan hiburan.
Menarik bukan? Letās see how this trend goes š
Industri travel yang sangat dinamis membuat pemasar membutuhkan rencana strategis sehingga dapat menembus pasar tujuan. Di dunia pariwisata dan hospitaliti, sangat penting untuk mengetahui trend wisatawan sehingga mempermudah di dalam melakukan forecasting terhadap demand. Forecasting inilah yang nantinya menjadi dasar didalam penentuan berbagai keputusan strategis sebuah lini bisnis tertentu di tahun tersebut.
Trend report yang menjadi referensi para penentu kebijakan biasanya berkaitan erat dengan motivasi dan preferensi para traveller dalam melakukan kegiatan perjalanannya. Dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, trend report sangat mudah untuk diakses dengan gratis.
Khususnya di tahun 2016 ini, cukup banyak trend reports yang saya gunakan sebagai referensi bahan ajar di kelas. Masing-masing memiliki pendekatanĀ spesifik yang beragam dan grafis yang menarik. Selain jurnal, trend report adalah cara untuk tetap “update” dengan perkembangan pariwisata dan hospitaliti yang begitu dinamis. Berikut adalah beberapa kompilasi saya untuk semester ini yang saya ambil di berbagai sumber.
success-guide-seven-lifecycle-programs
Jujur, hampir semua referensi diatas saya dapatkan dari “uncle Google”, tapi untuk untuk mendapatkan “insight review” dan perkembangan di dunia pariwisata dan perhotelan secara gratis diantaranya saya peroleh melalui website berikut ini. Kita bisa subscribe e-newsletter-nya sehingga update terbaru tentang dunia ini bisa dapatkan secara daily basis:
Happy reading :)>
SAS
Hi All,
After years and years of watching, I’m finally on YouTube!! š
I have uploaded some videos, which I intend to use for my student’s learning.
Do feel free to subscribe on my channel and view videos at the following linkĀ Diah Sastri’s Videos on YouTube as I’ll be sharing the latest tips, updates and information related to Marketing, Tourism and Hospitality
Ps: Here’s a glimps about what I’ll be sharing on YouTube
All the very best! š
Ā
Ā
Leading companies now understand they must reach highly aware, technology savvy customers. Kotler, Kartajaya and Setiawan say that the āold rules’ of product-based and consumer-based marketing will fail to do this. Companies need instead, to focus on creating products, services and entire corporate cultures, which are customer value driven at a more multi-dimensional, fundamental level.
To give a general idea, the following are the main differences between the three concepts:
Marketing 1.0 – product-centric, or the marketing of the industrial age, when marketing was about selling factory outputs. Marketing was transaction orientated: how to make a sale.
Marketing 2.0 – consumer-based, where marketing is relationship orientated -how to keep customers coming back and buying more.
Marketing 3.0 – value driven marketing, the linkage of three building blocks
A marketing manager in the hotel industry is responsible for maximizing a hotel’s revenues by developing programs to increase occupancy and make profitable use of its accommodation, meeting and leisure facilities. A hotel marketing manager must maintain awareness of the factors that influence the hotel industry and gain a deep understanding of the needs and attitudes of a hotelās customers. A hotel marketing manager will be responsible for coordinating marketing and promotional activities to meet customer needs, working closely with other hotel staff to ensure customers are satisfied with the facilities and their time there.
Customers may choose a hotel on the basis of its location; its access to road, rail or air travel; its meeting facilities; its reputation for hospitality; or its price. As a marketing manager, you must identify the factors that shape your hotelās appeal to customers. Monitor customer reviews on your own website or on hotel booking sites to identify the strengths and weaknesses of your hotel. Speak to guests in person or in followup calls. Review travel industry research to identify trends that could affect your hotel, such as increasing demand for low-cost family accommodations, or fuel prices, or better facilities for business travelers, for example. Continue reading