Hi all,
This is my teaser video for YSEALI Empowering Southeast Asian Educators 2019. I Please view and click this link (https://youtu.be/dB21sMj5brk) and give your thumbs up.
Thanks 🙂
Hi all,
This is my teaser video for YSEALI Empowering Southeast Asian Educators 2019. I Please view and click this link (https://youtu.be/dB21sMj5brk) and give your thumbs up.
Thanks 🙂
Dalam beberapa pertemuan di kelas semester ini, pengembangan teori blue-dan red ocean membawa saya dengan terminologi inovasi disruptif (disruptive innovation). Memang penekanan red-blue ocean ada di pengembangan pasar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi -lah yang membuat pasar berubah-begitu pula sebalikanya. Pasar bergerak mengikuti inovasi.
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah conference di Wuxi-China. Salah satu kegiatan dari conference tersebut adalah mengenal cultural heritage yang menjadi tujuan wisatawan yang berlibur ke daerah ini. Memang secara peta pariwisata, Wuxi tidak dikenal sebagai destinasi favorit wisatawan, namun menurut saya kota ini memiliki daya taeriknya tersendiri.
Salah satu destinasi yang kami kunjungi adalah old market yang sebenarnya merupakan tempat bersembahyang (kuil). Namun karena banyak yang mengunjungi daerah tersebut maka muncullah bangunan-bangunan yang menjual berbagai pernak-pernik serta makanan khas Wuxi. Yang menarik adalah seluruh bangunan mengadopsi pola bangunan kuno sehingga seolah-olah kita ditarik ke masa lalu.
Stall yang menyita perhatian saya adalah tempat pembiakan mutiara air tawar. Kerang mutiara ini sengaja dibiarkan hidup untuk memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Saat kita sudah memilih kerang yang kita sukai, maka kerang akan dibuka tepat didepan kita untuk menunjukkan bahwa ini “beneran mutiara loh” bukan mote-motean (mutiara palsu) 😀
Setelah kita memilih mutiaranya maka si penjual dengan trampil membentuk mutiara tersebut sesuai dengan keinginan kita. Mau jadi gelang atau kalung semua bisa diatur. Disini kita bisa lihat sendiri proses dari kerang itu dibuka, dipanen mutiaranya lalu kemudian dirangkai menjadi bentuk yang kita inginkan. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya yang tidak pernah melihat langsung kerang mutiara.
Konsep seperti inilah yang disebut oleh Pine dan Gilmore (1996) sebagai konsep “experience economy”. Saat sebuah produk diberikan elemen pengalaman (experience) maka dia akan bernilai berkali-kali lipat dari harga sebenarnya. Contoh yang paling sering saya pergunakan adalah Starbucks. Produk komoditasnya sebenarnya adalah kopi namun karena yang dijual oleh starbucks adalah pengalaman, ambience dan “prestis” maka secangkir kopi yang hanya berharga Rp5.000, dengan menambahkan logo mermaid berwana hijau maka praktis harganya menjadi Rp50.000 secangkir.
Oleh sebab itu janganlah membuat produk yang hanya menjadi komoditas. Harganya selain murah akan sangat mudah diduplikasi oleh kompetitor. Selalu buat produk yang juga memiliki elemen experience sehingga kesempatan untuk secure pricing berikut dengan menciptalan loyal customer akan lebih mudah dicapai.
Membangun brand image tentu saja tidak mudah. Dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat, memakan waktu yang sangat lama, dan pasti membutuhkan dukungan biaya yang tidak murah. Sebagai contoh sepatu Nike yang terkenal dengan logo “Centang”-nya s. Dengan memiliki konsep brand image yang jelas, Nike memiliki harga yang berkali lipat dibandingkan sepatu tanpa logo dan “tanpa centang”; meskipun dalam realitanya T-Shirt tanpa logo tersebut memilki kualitas yang lebih baik dari T-Shirt Nike. Ilustrasinya kira-kira seperti gambar berikut ini :
Saat T-shirt biasa dihargakan Rp30.000 maka harga T-shirt dengan logi Nike bisa menjadi Rp300.000. Maka wajar apabila banyak pelaku usaha yang akhirnya gagal menjalankan bisnisnya karena mereka tidak berhasil menciptakan brand image yang cukup kuat. Lemahnya brand image akan menciptakan produk yang dihasilkan tidak cukup kuat menarik pembeli sehingga tidak bisa bertahan lama di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif.
Sebagai contoh lain dapat kita lihat pada perusahaan kopi terbesar di dunia Starbucks. Bagaimana logo “two tailed mermaidnya” yang berwarna hijau merubah harga kopi secara global. Saat masih kuliah dulu saya menganggap nonsense membeli secangkir kopi seharga Rp50.000; bahkan lebih mahal dari harga makan siang anak kos jaman itu (nasi jinggo rangkap tiga :D). Sekarang, hampir setiap cafe memiliki harga yang diadopsi oleh Starbucks. Kekuatan branding yang sangat luar biasa dari perusahaan yang “hanya” menjual kopi.
Nah, jika ada yang memiliki produk atau usaha berikut beberapa manfaat saat brand image tumbuh semakin kuat.
Oleh sebab itu saat menjalankan usaha dibidang apapun, baik perusahaan jasa maupun produk; usahakan selalu tekankan branding sebagai elemen penting dalam proses pemasaran. Saat brand anda kuat maka saat itulah peluang anda untuk sustainable di pasar akan semakin terbuka lebar!
Yaayy!!
Setelah beberapa waktu lalu saya memposting tentang Vote Video Wonderful Indonesia: The Journey to a Wonderful World, senang sekali setelah tau bahwa video tersebut menjadi juara di ajang bergensi UNWTO!!!! Hebatnya Indonesia jadi juara dalam kategori 2 kategori langsung! Yang pertama sebagai Winner UNWTO Video Competition 2017 Region East Asia and Pacific dan yang kedua Indonesia menang dalam kategori People’s Choice Award 2017
Khusunya untuk kategori People’s Choice Awards, hal ini tidak lepas dukungan dan support Indonesia terhadap video ini. Bayangin aja, kalau semua masyarakat kita yang menggunakan internet (a.k.a 120 juta jiwa) vote. Bisa jebol servernya UNWTO, heheehe :D:D:D
Yuuk kita menangin lagi kompetisi2 seperti ini. Bersama kita pasti MENANG!!!
Pasti semua tau Sandwich kan? Roti dengan isian keju, ham, selada, tomat dan sebagainya yang dibuat berlapis dan simbol makananan praktis karena sekali “hap” sudah dapat karbo, sayur dan protein 😀
Yang akan saya bahas kali ini bukanlah makanan namun generasi yang dianalogikan sebagai “sandwich”. Selayaknya sandwich, generasi yang dimaksudkan pada kriteria ini adalah mereka yang memiliki beban hidup berlapis-lapis, baik dari atas maupun bawah. Secara singkat, generasi sandwich merupakan generasi yang tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang tua mereka namun mereka juga harus menganggung biaya hidup keluarga mereka sendiri. Hal ini terjadi akibat orang tua mereka mungkin kurang persiapan saat pensiun sehingga kemudian “membebani” anak-anak mereka. Orang tua yang cenderung kurang bisa memilah prioritas, apalagi dengan adanya hutang tentu kemudian sangat membebani anaknya yang baru saja memulai kehidupan berumah tangga.
Biasanya generasi orang tua kurang bisa menyisihkan sebagian uangnya sebagai simpanan dana pensiun yang menjadi imbas beban untuk generasi sandwich. Tidak begitu banyak dari para generasi orang tua yang memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup bagaimana cara mengelola keuangan mereka. Akibatnya saat mereka tidak produktif lagi, beban sehari-hari cenderung menjadi tanggungan anak-anak mereka. Jika memiliki lebih dari satu Anak bekerja, maka biasanya tanggungan tersebut dapat dibagi rata. Namun coba bayangkan jika hanya memiliki satu Anak bekerja kemudian semua menggantungkan kebutuhannya ke anak tersebut.
Imbasnya tentu saja Anak tersebut akan menanggung biaya yang cukup besar sehingga investasi mungkin bukan menjadi prioritas. Akibatnya Anak ini pun berpotensi untuk membebani Anaknya kelak saat ia sudah tidak produktif lagi. Generasi seperti ini ternyata banyak di temui di negara-negara berkembang. Hal ini juga dianggap menjadi salah satu pemicu rendahnya tingkat enterpreneurship pada negara berkembang seperti di Indonesia. Jangankan berpikit untuk membuka usaha, kebutuhan sehari-hari saja masih kembang-kempis.
Lain halnya di negara maju, masyarakatnya cenderung memiliki pola pikir yang lebih advance sehingga tabungan hari tua sudah dipersiapkan sedini mungkin. Bisa kita lihat banyak sekali senior citizen dari negara-negara maju yang menghabiskan hari tuanya dengan berlibur baik mengunjungi sebuah destiansi maupun pesiar. Saking banyaknya jumlah wisatawan yang lanjut usia ini, bahkan ada istilah yang kita kenal sebagai grey tourism yakni pariwisata khusus yang diperuntukkan bagi para kaum manula. Mereka pun terkenal sebagai wisatawan yang loyal, senang membei tipping dan cenderung long staying guest.
Oleh sebab itu agar kita tidak membebani anak-anak kita kelak, maka perbanyak informasi dan pengetahuan tentang bagaimana cara menyisihkan uang untuk dana pensiun. Baca dan cari tau bagaimana cara menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya sehingga pos untuk investasi tetap dapat terpenuhi. Perencanaan yang matang bahkan sebelum anak lahir adalah kunci untuk memutus rantai generasi sandwich. Sangat penting untuk menghitung dengan cermat antara beban biaya hidup sehari-hari dan juga biaya hidup saat pensiun kelak akan membuat hari senja menjadi lebih bernilai tanpa harus menjadi beban anak-anak kita dikemudian hari. Dana pensiun yang cukup tersebut akan membuat generasi selanjunya memiliki kualitas hidup yang cukup dengan keluarganya kelak.
Meskipun anak-anak pasti dengan senang hati akan membantu orang tuanya, janganlah jadikan diri kita beban untuk mereka. Mumpung masih muda, yuk mulai belajar berinvestasi dari sekarang dan jadilah manula-manula kece yang dapat menikmati pelesir di berbagai negara saat tua nanti!
Mari bersama-sama menangkan Indonesia!!
Saat ini UNWTO (Badan Pariwisata Dunia) sedang melakukan pemilihan video promosi pariwisata terbaik berdasarkan hasil voting dari seluruh warga dunia melalui websitenya.
Ayo ikut berpartisipasi dengan VOTE Video Wonderful Indonesia di kompetisi UNWTO dengan klik linknya:
Indonesia.travel/vote4id
Pilih Video Wonderful Indonesia
Mohon dipastikan:
1. Masuknya dr browser (bukan google)
2. Ketik: indonesia.travel/vote4id
(Tanpa www dan tanpa tanda * di akhirnya)
Salam Wonderful Indonesia
Special Interest Tourism atau dalam bahaasa Indonesia umum diukenal sebagai pariwisata minat khusus merupakan jenis pariwisata dimana wisatawan melaksanakan perjalanan untuk belajar dan berupaya mendapat pengalaman tentang sesuatu hal di daerah yang dikunjungi.
Tipologi dari wisata jenis ini tidak biasa, anti mainstream atau bahkan aneh. Wisata minat khusus sangat berhubungan dengan hobi seseorang, komunitas atau didasari rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Sesuai dengan namanya, orang-orang yang melakukan wisata minat khusus biasanya berkeinginan untuk mewujudkan minat dan ketertarikannya terhadap suatu objek atau hal yang lain. Oleh karena itu, umumnya wisata ini hanya diikuti oleh satu, dua atau sekelompok kecil pelancong.
Wisata minat khusus biasanya membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dari wisata yang biasa saja. Membutuhkan biaya yang mahal karena harus mengunjungi suatu negara yang jauh atau daerah terpencil dan tidak membutuhkan banyak biaya karena hanya menyusuri hutan seperti berburu atau memancing.
Ada beberapa prinsip yang mendasari wisata minat khusus diantaranya;
Selain prinsip bentuk-bentuk wisata minat khusus didasari bebrapa tujuan;
Nah, perkembangan pariwisata minat khusus juga sejalan dengan perkembangan gaya hidup manusia sehingga muncul istilah-istilah baru seperti culinary tourism, halal tourism, dark tourism, tolkien tourism (mengunjungi lokasi film Lord of The Rings), drug tourism, getto tourism dan masih banyak lagi. Beberapa website seperti www.travelbyinterest.com secara khusus memberikan paket-paket menarik yang secara ekslusif ditujukan kepada gay travellers, food lovers, luxury travelers dan wisatawan yang memang khusus ingin mencari relaksasi & rejuvenation melalui wellness tourism, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
Selain itu adanya semakin tingginya jumlah Millenials yang bepergian membuat website seperti www.citizenM.com membuat komonitasnya sendiri dimana bagi mereka yang tertarik untuk bergabung log-in sebagai seorang “citizen”. Konsep dari citizen M tidak hanya menjual kamar namum memberikan kesempatan millenials untuk bergabung dalam komunitas tertentu melalui meeting room dengan konsep sharing. Work station, wifi yang super kencang, 24 hours food & beverage serta harga yang sangat terjangkau menjadikan citizen M menjadi begitu populer di kalangan millenials traveller yang ingin melakukan perjalanan sekaligus mendapatkan peluang-2 bisnis baru.
Saat ini di Asia baru Taipe yang bergabung di CitizenM, namun tentu tidak menutup kemungkinan saat ceruk pasar ini mulai accesible maka hotel-hotel di Indonesia Singapore dan Malaysia pasti akan mengambil pasar ini.
What do you think will be the next trend?
Setelah Ista lahir 29 Januari lalu, akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk posting (maklum sibuk ngurus bayi dan kegiatan mamak2 lainnya, hahaha :D). Nah kali ini saya akan coba membahas VR ( Virtual Reality ) yang semester lalu menjadi top request mahasiswa saya di kelas marketing. VR saat ini sedang booming dan mungkin beberapa tahun lagi akan menjadi tren untuk digital marketing.
VR atau Virtual Reality, dalam bahasa indonesia seringkali disebut Realitas Maya adalah sebuah teknologi yang membuat pengguna untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya melalui perangkat VR. Saat kita mempergunakan perangkat tersebut (misalnya VR glasses), kita merasa berada di dalam lingkungan tersebut.
VR kemudian menjadi sangat populer dengan perkembangan platform games dan film-film yang khusus diproduksi untuk mengajak penonton seara langsung berada di dunia maya tersebut. Contoh dari VR banyak sekali, seperti Game, misal Game COC (Clash of Clans ). Melalui VR kita akan merasa bahwa anda sendiri yang menjadi karakternya. Jika biasanya menggunakan layar, dengan VR, kita bisa langsung menikmati game langsung didepan mata kita sendiri, singkatnya seperti masuk kedalam game. Contoh yang lain yaitu photoshpere, yaitu foto 360 derajat dimana kita akan merasa seolah-olah berada langsung di tempat dimana foto tersebut diambil. Mirip seperti google street view tapi seperi kita ada disana secara langsung.
Yang juga tidak kalah populernya adalah dalam industri perfilman dimana pemakai VR misalnya dapat dengan langsung menikmati film Conjuring sebagai salah satu karakter. Tentu saja siap-siap jantung copot setelah tiba-tiba ada “Mbak Valak” yang muncul tepat dihadapan kita 😀
Nah, sistem kerja dari VR sebenarnya tidak dapat lepas dari beberapa elemen penting, seperti virtual world (sebuah konten yang menciptakan dunia virtual dalam bentuk screenplay) dan script Immersion (yang berfungsi untuk memberikan sebuah sensasi yang membawa pengguna teknologi VR merasakan ada di sebuah lingkungan nyata yang padahal fiktif).
Secara teoritis immersion dibagi dalam 3 jenis, yakni:
Tentu saja dengan perkembangan teknologi digital, perangkat-perangkat virtual ini menjadi semakin mudah diakses. Beberapa produk juga telah menggabungkan antara pengalaman melihat (VR glasses), mendengar (headphone) dan merasakan (VR gloves) untuk meningkatkan realitas imajiner dalam game dan hiburan.
Menarik bukan? Let’s see how this trend goes 🙂
Suksma Hyang Widhi, akhirnya buku pertama saya akhirnya terbit juga. Buku sederhana ini saya tulis bersama dengan guru sekaligus pembimbing saya saat thesis dulu, Prof. I Nyoman Darma Putra. Secara garis besar buku ini banyak mengupas perkembangan pariwisata budaya di Ubud yang secara dinamis memberi ruang pada bentuk-bentuk pariwisaata baru untuk berkembang. Buku ini juga mengulas bagaimana kuliner lokal berkontribusi terhadap kesetaraan gender di Ubud-Bali melalui diskusi konventional marketing dan digitalisasi. Kami juga menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang berkontribusi secara positif terhadap perkembangan kuliner lokal di sebuah destinasi pariwisata budaya Ubud.
Yang menarik bagi saya pribadi adalah melihat langsung bagaimana kosep “trickle bottom effect” bisa berbalik menjadi “fountain effect” untuk masyarakat lokal hanya melalui kuliner. Meskipun saya sendiri bukan ahli kuliner (apalagi dengan ketrampilan memasak yang sangat terbatas :D) saya melihat bagaimana potensi kuliner sebagai budaya asli masyarakat sebuah destinasi merupakan bentuk “micro-preneurship” yang sangat mudah diakses oleh siapa saja. Harapannya tentu masyarakat lokal sebagai pemilik destinasi harus menjadii tuan rumah yang mandapatkan manfaat sebesar-besarnya dari “kue pariwisata”
The Indonesian Acquisitions List (IAL) http://catalogue.nla.gov.au/Record/7374320
- Bib ID 7374320
- Format BookBook [text, volume]
- Author Pitanatri, Putu Diah Sastri, I Nyoman Darma Putra
- Description Denpasar : Jagatpress bekerjasama dengan Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Universitas Udayana, 2016 ©2016 168 pages : colour illustrations, colour photographs ; 23 cm
- ISBN 978-6-02-147363-4
- Notes Includes bibliographical references (pages 153-162) and index.