#CariTau Pedoman Penulisan Deskripsi Diri Sertifikasi Dosen (Serdos)

Image result for success quotes

Menurut saya elemen terberat dalam proses serdos adalah menulis Deskripsi Diri. Apalagi bagi dosen pemula seperti saya.. Butuh waktu berhari-hari untuk berpikir, menulis, minum kopi, jalan-jalan  kemudian berpikir lagi.. dan begitu seterusnya.. 😀 . Oleh sebab itu bagi saya penting sekali mempersiapkan deskripsi diri di awal, meskipun kita tidak tau apakah lulus untuk penyusunan D5 atau tidak.

Perhatikan tabel berikut mengenai bobot penilaian unsur deskripsi diri. Tampak bahwa Bobot terbesar terdapat pada Publikasi Karya Ilmiah (18), Usaha kreatif dan dampak perbahan (8) serta implementasi kegiatan pengabmas (5). Oleh sebab itu perhatikan ketiga untus ini untuk mendapatkan nilai maksimal dari penyusunan DD

Screen Shot 2017-12-04 at 1.09.10 PM.png

Continue reading

#CariTau Berikut adalah Penyebab Dosen Tidak Lulus Sertifikasi Dosen (Serdos)

Related image

Seperti yang saya sampaikan pada post saya sebelumnya, sertifikasi dosen adalah sebuah proses dimana setiap tahapannya membutuhkan konsentrasi penuh.  Tidak jarang dosen senior pun bisa gagal dan harus mencoba lagi. Tetap semangat!  Gagal hanyalah sukses yang tertunda. Nah untuk menghindari hasil yang kurang memuaskan (tidak lulus), berikut adalah beberapa penyebab ketidak-lulusan serdos yang saya rangkum dari beberapa sumber.

Continue reading

MEMPERSIAPKAN DAN MELAKSANAKAN TEST TKDA & TOEP

Image result for success

Langkah awal yang harus rekan-rekan lakukan adalah melakukan pendaftaran keanggotaan secara online di Https://member.plti.co.id, langkah berikutnya mengunduh dokumen panduan pelaksanaan dari PLTI, yaitu :

Continue reading

Cara Mengutip dalam Karya Tulis Ilmiah

Dalam berbagai kesempatan cukup banyak mahasiswa dan bimbingan saya yang menanyakan mengenai tatacara “mengutip” yang baik dan benar. Pertimbangannya tentu indikasi plagiat yang mungkin terjadi tanpa disadari. Nah, tulisan kali ini akan memberi gambaran mengenai bagaimana caranya mengutip yang baik dan benar sehingga terhindar dari indikasi plagiarisme.

Di setiap karya tulis ilmiah pasti ada bagian yang diambil dari ide,  analisa, argumen dan atau hasil penelitian orang lain. Bagian inilah yang dinamakan kutipan. Peran penting dari kutipan adalah dipakai untuk mendukung argumen dan analisa penulis. Kutipan bisa diambil dari berbagai sumber, baik teks maupun audio visual, baik dari media print sampai online, juga bisa dokumen yang published maupun unpublished. Semua jenis dokumen dapat digunakan menjadi bagian dalam tulisan ilmiah yang dipergunakan untuk mendukung karya tulis. Yang perlu diingat setiap kali mengambil ide, argumen, tulisan, hasil penelitian, dan sebagainya dari orang lain adalah harus mencantumkan asal-usul kutipan dalam sumber kutipan dan secara mendetail dalam daftar pustaka.

Secara sederhana, kutipan adalah semua kalimat dan atau paragraf yang bukan berasal dari ide/tulisan milik penulis langsung. Biasanya seorang penulis atau pengarang mengambil tulisan orang lain untuk menjadi bagian dalam tulisannya. Bagian dari tulisan orang lain ini dipergunakan untuk memperkuat, mempertajam maupun memberikan argumentasi terhadap tulisan tersebut.

Berdasarkan cara mengutipnya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Kutipan tidak langsung  yaitu penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya dengan kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis dengan kalimat asli yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat berdasarkan artikel atau sumber
  2. Kutipan langsung yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini berarti penulis langsung menggunakan teknik copy lalu paste  secara langsung tanpa mengubah kalimat aslinya.

Continue reading

#FootNote: Experiencing Experience Economy

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah conference di Wuxi-China. Salah satu kegiatan dari conference tersebut adalah mengenal cultural heritage yang menjadi tujuan wisatawan yang berlibur ke daerah ini. Memang secara peta pariwisata, Wuxi tidak dikenal sebagai destinasi favorit wisatawan, namun menurut saya kota ini memiliki daya taeriknya tersendiri.

Salah satu destinasi yang kami kunjungi adalah old market yang sebenarnya merupakan tempat bersembahyang (kuil). Namun karena banyak yang mengunjungi daerah tersebut maka muncullah bangunan-bangunan yang menjual berbagai pernak-pernik serta makanan khas Wuxi. Yang menarik adalah seluruh bangunan mengadopsi pola bangunan kuno sehingga seolah-olah kita ditarik ke masa lalu.

Stall yang menyita perhatian saya adalah tempat pembiakan mutiara air tawar. Kerang mutiara ini sengaja dibiarkan hidup untuk memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan. Saat kita sudah memilih kerang yang kita sukai, maka kerang akan dibuka tepat didepan kita untuk menunjukkan bahwa ini “beneran mutiara loh” bukan mote-motean (mutiara palsu) 😀

20171018_102757.jpg 20171018_102759.jpg

Setelah kita memilih mutiaranya maka si penjual dengan trampil membentuk mutiara tersebut sesuai dengan keinginan kita. Mau jadi gelang atau kalung semua bisa diatur. Disini kita bisa lihat sendiri proses dari kerang itu dibuka, dipanen mutiaranya lalu kemudian dirangkai menjadi bentuk yang kita inginkan. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya yang tidak pernah melihat langsung kerang mutiara.

20171018_103243.jpg 20171018_103240.jpg

Konsep seperti inilah yang disebut oleh Pine dan Gilmore (1996) sebagai konsep “experience economy”. Saat sebuah produk diberikan elemen pengalaman (experience) maka dia akan bernilai berkali-kali lipat dari harga sebenarnya. Contoh yang paling sering saya pergunakan adalah Starbucks. Produk komoditasnya sebenarnya adalah kopi namun karena yang dijual oleh starbucks adalah pengalaman, ambience dan “prestis” maka secangkir kopi yang hanya berharga Rp5.000, dengan menambahkan logo mermaid berwana hijau maka praktis harganya menjadi Rp50.000 secangkir.

Oleh sebab itu janganlah membuat produk yang hanya menjadi komoditas. Harganya selain murah akan sangat mudah diduplikasi oleh kompetitor. Selalu buat produk yang juga memiliki elemen experience sehingga kesempatan untuk secure pricing berikut dengan menciptalan loyal customer akan lebih mudah dicapai.

Sandwich Generation

Pasti semua tau Sandwich kan? Roti dengan isian keju, ham, selada, tomat dan sebagainya yang dibuat berlapis dan simbol makananan praktis karena sekali “hap” sudah dapat karbo, sayur dan protein 😀

Yang akan saya bahas kali ini bukanlah makanan namun generasi yang dianalogikan sebagai “sandwich”.  Selayaknya sandwich, generasi yang dimaksudkan pada kriteria ini adalah mereka yang memiliki beban hidup berlapis-lapis, baik dari atas maupun bawah. Secara singkat, generasi sandwich merupakan generasi yang tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang tua mereka namun mereka juga harus menganggung biaya hidup keluarga mereka sendiri. Hal ini terjadi akibat orang tua mereka mungkin kurang persiapan saat pensiun sehingga kemudian “membebani” anak-anak mereka. Orang tua yang cenderung kurang bisa memilah prioritas, apalagi dengan adanya hutang tentu kemudian sangat membebani anaknya yang baru saja memulai kehidupan berumah tangga.

 

Image result for generasi sandwich

Biasanya generasi orang tua kurang bisa menyisihkan sebagian uangnya sebagai simpanan dana pensiun yang menjadi imbas beban untuk generasi sandwich. Tidak begitu banyak dari para generasi orang tua yang memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup bagaimana cara mengelola keuangan mereka. Akibatnya saat mereka tidak produktif lagi, beban sehari-hari cenderung menjadi tanggungan anak-anak mereka. Jika memiliki lebih dari satu Anak bekerja, maka biasanya tanggungan tersebut dapat dibagi rata. Namun coba bayangkan jika hanya memiliki satu Anak bekerja kemudian semua menggantungkan kebutuhannya ke anak tersebut.

002_senario_01c.jpg

Imbasnya tentu saja Anak tersebut akan menanggung biaya yang cukup besar sehingga  investasi mungkin bukan menjadi prioritas. Akibatnya Anak ini pun berpotensi untuk membebani Anaknya kelak saat ia sudah tidak produktif lagi. Generasi seperti ini ternyata banyak di temui di negara-negara berkembang. Hal ini juga dianggap menjadi salah satu pemicu rendahnya tingkat enterpreneurship pada negara berkembang seperti di Indonesia. Jangankan berpikit untuk membuka usaha, kebutuhan sehari-hari saja masih kembang-kempis.

Lain halnya di negara maju, masyarakatnya cenderung memiliki pola pikir yang lebih advance sehingga tabungan hari tua sudah dipersiapkan sedini mungkin. Bisa kita lihat banyak sekali senior citizen dari negara-negara maju yang menghabiskan hari tuanya dengan berlibur baik mengunjungi sebuah destiansi maupun pesiar. Saking banyaknya jumlah wisatawan yang lanjut usia ini, bahkan ada istilah yang kita kenal sebagai grey tourism yakni pariwisata khusus yang diperuntukkan bagi para kaum manula. Mereka pun terkenal sebagai wisatawan yang loyal, senang membei tipping dan cenderung long staying guest.

Oleh sebab itu agar kita tidak membebani anak-anak kita kelak, maka perbanyak informasi dan pengetahuan tentang bagaimana cara menyisihkan uang untuk dana pensiun. Baca dan cari tau bagaimana cara menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya sehingga pos untuk investasi tetap dapat terpenuhi. Perencanaan yang matang bahkan sebelum anak lahir adalah kunci untuk memutus rantai generasi sandwich. Sangat penting untuk menghitung dengan cermat antara beban biaya hidup sehari-hari dan juga biaya hidup saat pensiun kelak akan membuat hari senja menjadi lebih bernilai tanpa harus menjadi beban anak-anak kita dikemudian hari. Dana pensiun yang cukup tersebut akan membuat generasi selanjunya memiliki kualitas hidup yang cukup dengan keluarganya kelak.

Meskipun anak-anak pasti dengan senang hati akan membantu orang tuanya, janganlah jadikan diri kita beban untuk mereka. Mumpung masih muda, yuk mulai belajar berinvestasi dari sekarang dan jadilah manula-manula kece yang dapat menikmati pelesir di berbagai negara saat tua nanti!

Trend Report 2016

Industri travel yang sangat dinamis membuat pemasar membutuhkan rencana strategis sehingga dapat menembus pasar tujuan. Di dunia pariwisata dan hospitaliti, sangat penting untuk mengetahui trend wisatawan sehingga mempermudah di dalam melakukan forecasting terhadap demand. Forecasting inilah yang nantinya menjadi dasar didalam penentuan berbagai keputusan strategis sebuah lini bisnis tertentu di tahun tersebut.

Trend report yang menjadi referensi para penentu kebijakan biasanya berkaitan erat dengan motivasi dan preferensi para traveller dalam melakukan kegiatan perjalanannya. Dengan kemajuan teknologi dan informasi saat ini, trend report sangat mudah untuk diakses dengan gratis.

Khususnya di tahun 2016 ini, cukup banyak trend reports yang saya gunakan sebagai referensi bahan ajar di kelas. Masing-masing memiliki pendekatan  spesifik yang beragam dan grafis yang menarik. Selain jurnal, trend report adalah cara untuk tetap “update” dengan perkembangan pariwisata dan hospitaliti yang begitu dinamis. Berikut adalah beberapa kompilasi saya untuk semester ini yang saya ambil di berbagai sumber.

success-guide-seven-lifecycle-programs

tipsheet-mobile-web

trend-report-top-2016

trend-report-travel

Jujur, hampir semua referensi diatas saya dapatkan dari “uncle Google”, tapi untuk untuk mendapatkan “insight review” dan perkembangan di dunia pariwisata dan perhotelan secara gratis diantaranya saya peroleh melalui website berikut ini. Kita bisa subscribe e-newsletter-nya sehingga update terbaru tentang dunia ini bisa dapatkan secara daily basis:

  1. http://skift.com

Screen Shot 2016-03-30 at 10.17.15 AM.png

2. http://www2.unwto.org/en

Screen Shot 2016-03-30 at 10.19.25 AM.png

3. http://www.hvs.com/

Screen Shot 2016-03-30 at 10.32.09 AM.png

Happy reading :)>

SAS

Publications

You don’t have to be great to start but you have to start to be great
~Zig Ziglar

Here are some of my online publications which I’m more than pleased to share with you all. As someone who is still immature in writing I ‘m looking forward to hearing comments from you. Most of my writings can be found through Academia Edu but I will be adding some publications on this website.

Apologies, my writing are all in Indonesian, but I’m targeting to have shortcoming publications written in English.

1. PARIWISATA ALTERNATIF

2. SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA

3. COMMUNITY BASED TOURISM (CBT)

4. CULTURE TOURISM / PARIWISATA BUDAYA

5. HOSPITALITY TOURISM

6. PARIWISATA DAMPAK, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PARIWISATA

Happy reading 🙂

– Putu Diah Sastri Pitanatri

Marketing Class – 5th Semester 2014 ADH Sekolah Tinggi Pariwisata Bali

Live as if you were to die tomorrow.
Learn as if you were to live forever
~ Mahatma Gandhi

From my perspective, the success of teaching lies on your student’s feedback; not just based on a piece of paper. Did you make any changes on their behavior? Does the subject that you teach inspires them? Motivate them? Change the way they think? Expand their knowledge?

As someone who is still very green in marketing, I learned so many things from my students. We share thoughts in marketing, we create new concepts, and we dreamed of creating a better world with what we call Societal Based Marketing in Tourism and Hospitality.

Be good you all! 🙂