Yuk kenalan sama Disruptive innovation

Image result for disruptive innovation

Dalam beberapa pertemuan di kelas semester ini, pengembangan teori blue-dan red ocean membawa saya dengan terminologi inovasi disruptif (disruptive innovation). Memang penekanan red-blue ocean ada di pengembangan pasar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi -lah yang membuat pasar berubah-begitu pula sebalikanya. Pasar bergerak mengikuti inovasi.

Continue reading

Apa itu Virtual Reality (VR) ?

Setelah Ista lahir 29 Januari lalu, akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk posting (maklum sibuk ngurus bayi dan kegiatan mamak2 lainnya, hahaha :D). Nah kali ini saya akan coba membahas VR ( Virtual Reality ) yang semester lalu menjadi top request mahasiswa saya di kelas marketing. VR saat ini sedang booming dan mungkin beberapa tahun lagi akan menjadi tren untuk digital marketing.

VR atau Virtual Reality, dalam bahasa indonesia seringkali disebut Realitas Maya adalah sebuah teknologi yang membuat pengguna untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya melalui perangkat VR. Saat kita mempergunakan perangkat tersebut (misalnya VR glasses), kita merasa berada di dalam lingkungan tersebut.

Image result for virtual reality

VR kemudian menjadi sangat populer dengan perkembangan platform games dan film-film yang khusus diproduksi untuk mengajak penonton seara langsung berada di dunia maya tersebut. Contoh dari VR banyak sekali, seperti Game, misal Game COC (Clash of Clans ). Melalui VR kita akan merasa bahwa anda sendiri yang menjadi karakternya. Jika biasanya menggunakan layar, dengan VR, kita bisa langsung menikmati game langsung didepan mata kita sendiri, singkatnya seperti masuk kedalam game. Contoh yang lain yaitu photoshpere, yaitu foto 360 derajat dimana kita akan merasa seolah-olah berada langsung di tempat dimana foto tersebut diambil. Mirip seperti google street view tapi seperi kita ada disana secara langsung.

Yang juga tidak kalah populernya adalah dalam industri perfilman dimana pemakai VR misalnya dapat dengan langsung menikmati film Conjuring sebagai salah satu karakter. Tentu saja siap-siap jantung copot setelah tiba-tiba ada โ€œMbak Valakโ€ yang muncul tepat dihadapan kita ๐Ÿ˜€

Nah, sistem kerja dari VR sebenarnya tidak dapat lepas dari beberapa elemen penting, seperti virtual world (sebuah konten yang menciptakan dunia virtual dalam bentuk screenplay) dan script Immersion (yang berfungsi untuk memberikan sebuah sensasi yang membawa pengguna teknologi VR merasakan ada di sebuah lingkungan nyata yang padahal fiktif).

Secara teoritis immersion dibagi dalam 3 jenis, yakni:

  1. Mental immersion, membuat mental penggunanya merasa seperti berada di dalam lingkungan nyata
  2. Physical immersion, membuat fisik penggunanya merasakan suasana di sekitar lingkungan yang diciptakan oleh virtual reality tersebut serta
  3. Mentally immersed, memberikan sensasi kepada penggunanya untuk larut dalam lingkungan yang dihasilkan virtual reality

Tentu saja dengan perkembangan teknologi digital, perangkat-perangkat virtual ini menjadi semakin mudah diakses. Beberapa produk juga telah menggabungkan antara pengalaman melihat (VR glasses), mendengar (headphone) dan merasakan (VR gloves) untuk meningkatkan realitas imajiner dalam game dan hiburan.

Menarik bukan? Letโ€™s see how this trend goes ๐Ÿ™‚

 

VARK: Get to know Your Learning Style!

Metode belajar efektif untuk setiap orang itu berbeda. Jadi, biasanya sebelum memulai perkualiahan di semester tertentu, sangat penting bagi saya untuk melihat apa yang menjadi “preferensi” belajar mereka. Tentu setiap mahasiswa memiliki preferensi belajarnya sendiri-sendiri, namun dengan mengetahui apa yang menjadi preferensi mayoritas akan mempermudah saya dalam menyampaikan materi.

Untuk mengetahui metode apa yang paling cocok untuk kelas tertentu, saya menggunakan tes VARK. Tes ini digunakan untuk mengetahui metode belajar seperti apa yang dapat membantu mahasiswa untuk “cepat menangkap” materi yang dijelaskan oleh dosennya ๐Ÿ™‚

VARK SAS

Secara singkat, VARK merupakan singkatan dari Visual, Auditory, Read/Write, dan Kinesthetic.ย  Ada tipe mahasiswa yang kalau belajar dengan baca, dia bisa cepat paham (metode Read). Ada yang cepat paham kalau dijelaskan secara mendetail sama orang lain (metode Auditory). Ada juga yang cepat paham kalau dia melihat peta konsep/diagram/gambar/video (metode Visual). Terakhir ada juga yang cepat paham kalau dia praktik secara langsung (atau sambil bergerak; metode Kinesthetic).

Yang menarik, ada orang yang hanya bisa paham materi melalui satu metode saja, ada yang bisa dengan beberapa metode. Nah, untuk yang ingin mengetahui preferensi belajar/learning style yang cocok, silahkan coba tes VARK disini: VARK QUESTIONS

Atau bisa juga langsung download PDFnya The-VARK-Questionnaire kemudian tabulasikan sendiri lebih cocok dengan metode yang mana.

Setelah mengetahui metode yang mejadi preferensi mahasiswa maka kegiatan pembelajaran dapat kita kondisikan menjadi lebih “asik”. Materi yang membosankan tentu menjadi lebih menarik jika metode penyampaian juga disesuaikan dengan preferensi dari mahasiswa.

Harapannya tentu mata kuliah yang saya ampu tidak hanya dilupakan begitu saja setelah UAS berakhir namun melekat terus sehingga memberi manfaat bagi mahasiswa ๐Ÿ™‚